Teori Belajar Konstruktivisme: Pengertian, Tujuan, dan Penerapannya

Teori Belajar Konstruktivisme


Belajar Daring - Pembahasan pada artikel kali yang akan Admin bagikan adalah mengenai sebuah Teori Belajar Konstruktivisme: Pengertian, Tujuan, dan Penerapannya.

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompok dalam teori konstruktivitis (constructivist theories of learning). 

Teori konstruktivitis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. 

Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. 

Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemprosesan informasi dan teori psikologi kognitif yang lain seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).

Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. 

Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. 

Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. 

Guru dapat membawa siswa keanak tangga yang membawa siswa kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002: 8).

Pengertian Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang berkeyakinan bahwa orang secara aktif membangun atau membuat pengetahuannya sendiri dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri pula (Abimanyu, 2008: 22).

Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan pengalaman belajar yang bermakna (Muslich, 2007:44).

Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain. 

Manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal yang diperlukan guna mengembangkan dirinya (Thobroni, 2015:91). 

Konstruktivisme (construktism) merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba (Sagala, 2007: 88).

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. 

Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. 

Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. 

Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep serta kaidah yang siap dipraktikkan. 

Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. 

Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.

Tujuan Konstruktivisme

Adapun tujuan dilaksanakannya pembelajaran konstruktivisme yaitu sebagai berikut:

  • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung kepada benda-benda konkrit atau pun model artifisial, 
  • Memperhatikan konsepsi awal siswa guna menanamkan konsep yang benar, dan 
  • Sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan mungkin salah (Karfi, dkk, 2002:6). 

Sedangkan tujuan dari konstruktivisme itu sendiri adalah sebagai berikut: 

  • Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyanya. 
  • Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
  • Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri (Thobroni, 2015:95).

Berdasarkan penjelasan di atas maka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik dalam tujuan intruksional umum mau pun tujuan intruksional khusus, diperlukan penggunaan metode yang tepat yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. 

Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang guru harus menggunakan metode yang tepat agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. 

Untuk itu seorang guru harus dapat memilih metode yang benar-benar sesuai dan mampu meningkatkan motivasi serta pemahaman siswa dalam mengikuti pelajaran dan menerima pelajaran. 

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. 

Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, mau pun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.

Tahapan-Tahapan Konstruktivisme

Adapun tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, yaitu sebagai berikut:

  • Tahap pertama, peserta didik didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu, guru memancing dengan pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering dijumpai seharihari oleh peserta didik dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya, peserta didik diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemhamannya tentang konsep tersebut.
  • Tahap kedua, peserta didik diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterprestasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan dalam hidup ini akan terpenuhi rasa keingintahuan peserta didik tentang fenomena dalam lingkungannya.
  • Tahap ketiga, peserta didik melakukan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi peserta didik, ditambah dengan penguatan guru. Selanjutnya peserta didik membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
  • 4. Tahap keempat, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun pemunculan masalah-masalah yang berkatian dengan isu-isu dalam lingkungan peserta didik tersebut (Yager dalam Lapono, dkk, 2008: 3-28).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme pada dasarnya merupakan upaya untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 

Guru juga memberikan arahan atau solusi yang tepat dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

Keunggulan Pendekatan Konstruktivisme

Terdapat kekhususan pandangan tentang belajar dalam teori belajar konstruktivisme apabila dibandingkan dengan teori belajar behaviorisme dan kognitivisme. 

Teori behaviorisme lebih memperhatikan tingkah laku yang teramati, dan teori belajar kognitivisme lebih memperhatikan tingkah laku belajar dalam memproses informasi atau pengetahuan yang sedang dipelajari peserta didik tanpa mempertimbangkan pengetahuan atau informasi yang telah dikuasai sebelumnya. 

Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepada peserta didik. 

Artinya, bahwa peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya, dengan kata lain peserta didik tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap di isi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. 

Pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru, dengan kata lain peserta didik lebih didorong untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka melalui kegiatan asimilasi dan akomodasi (Lapono, 2008: 28).

Penerapan Konstruktivisme di Kelas

Secara garis besar langkah-langkah penerapan pendekatan konstruktivisme di dalam kelas adalah sebagai berikut : 

  • Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengalaman dan keterampilan barunya.
  • Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik. 
  • Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 
  • Citpakan “Masyarakat Belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok) (Abimanyu, 2008:22).

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual, jika menerapkan tujuh komponen kontekstual dalam pembelajarannya, dan untuk melaksanakan dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja dan kelas yang bagaimana keadaan. 

Pendekatan konstruktivisme mengarahkan siswa mengkontruksi gagasan masing-masing, lalu menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajari (inquiri). 

Model ini juga membentuk komunitas belajar dengan berbagai bentuk memberikan kesempatan untuk merefleksi seluruh materi, dan ada penilaian authentik.

Jadi, pembelajaran ini berlandaskan teori belajar sosial, kognitif, dan konstruktif untuk memperoleh hasil belajar berupa keterampilan akademik, inquiry dan sosial. 

Jadi ciri model ini adalah kerja kelompok yang didasarkan pada penyelidikan dan penemuan melalui struktur tugas, ada ganjaran kelompok, dan penilaian yang otentik secara fleksibel, demonstrasi, dan berpusat pada siswa.


Kelangsungan proses pembelajaran di sekolah ditentukan juga oleh banyaknya faktor yang mendukung dalam pencapaian tujuan yang diharapkan. 

Metode adalah cara yang fungsinya adalah alat untuk mencapai tujuan, makin baik metode makin baik pula pencapaian tujuan.

Salah satu faktor yang menentukan adalah bagaimana seorang guru mengadakan interaksi dalam proses pembelajaran di kelas, dengan menggunakan metode yang tepat, akan membuat pemahaman siswa terhadap materi pengajaran secara baik dan optimal. 

Oleh karena itu seorang guru dapat memiliki dan melaksanakan metode yang tepat dalam menyampaikan materi pengajaran sehingga suasana kelas akan hidup dan menimbulkan motivasi belajar pada siswa.

Demikianlah pembahsan mengenai Teori Belajar Konstruktivisme: Pengertian, Tujuan, dan Penerapannya, semoga dapat bermanfaat.

Terima Kasih.

Selamat Belajar Daring.

Posting Komentar untuk "Teori Belajar Konstruktivisme: Pengertian, Tujuan, dan Penerapannya "